ف ض ل ه و ال له و اس ع ع ل ي م BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan disyariatkan oleh agama sejalan dengan hikmah manusia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ف ض ل ه و ال له و اس ع ع ل ي م BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan disyariatkan oleh agama sejalan dengan hikmah manusia"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan disyariatkan oleh agama sejalan dengan hikmah manusia diciptakan oleh Allah di muka bumi untuk untuk memakmurkan dunia dengan jalan terpeliharanya keturunan. 1 Dalam pandangan syara, perkawinan itu diperintahkan, diperbolehkan, dan terkadang diharuskan dengan tujuan untuk mendapatkan keturunan, mendirikan sebuah keluarga, dan untuk melindungi dan menjaga kelestarian masyarakat. 2 Di antara ayat-ayat al-qur an yang menganjurkan umat Islam untuk menikah yaitu surat al-nu>r ayat 32 yang berbunyi: و أ ن ك ح وا الا ي ام ى م ن ك م ف ض ل ه و ال له و اس ع ع ل ي م ع ب اد آ م م ن و ال صال ح ي ن ف ق ر ا ء ي ك ون وا إ ن و إ م اي ك م م ن الل ه ي غ ن ه م Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orangorang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan, jika mereka miskin Allah akan 1 Abd. Shomad, Hukum Islam, Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2010), Muhammad Zuhaily, Fiqih Munakahat, terj. Muhammad Kholison, (Surabaya: Imtiyaz, 2013),

2 2 memampukan mereka dengan kurnia-nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-nya) lagi Maha mengetahui. 3 Surat al-ru>m ayat 21 yang berbunyi: و م ن ا ي ات ه أ ن خ ل ق ل ك م م ن أ ن ف س ك م إ ن ف ي ذ ل ك لا ي ا ت ل ق و م ي ت ف كر و ن أ ز و اج ا ل ت س ك ن وا إ ل ي ه ا و ج ع ل ب ي ن ك م م و د ة و ر ح م ة Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. 4 Persoalan yang berkaitan dengan perkawinan, di Indonesia telah diatur dalam peraturan perundangan-undangan yang berlaku bagi warga negara Indonesia. Aturan yang dimaksud yaitu UU No. 1 Tahun 1974 dan peraturan pelaksanaannya dalam bentuk Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun UU ini merupakan hukum materiil dari perkawinan, sedangkan hukum formilnya ditetapkan dalam UU No. 7 Tahun 1989 jo. UU No.50 Tahun Adapun aturan pelengkap yang akan menjadi pedoman bagi hakim di lembaga peradilan agama adalah Kompilasi Hukum Islam di Indonesia yang telah ditetapkan dan 3 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur an, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Bandung: J-ART, 2005), Ibid., 407.

3 3 disebarluaskan melalui Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam. 5 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menjelaskan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suamiisteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. 6 Di samping itu, dijelaskan pula dalam Kompilasi Hukum Islam, perkawinan dalam Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau Mi>s\a>qan Gali>z\an untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. 7 Berkaitan dengan pernikahan, maka fakta yang tidak dapat dihindari adalah nikah siri yang dilakukan oleh masyarakat. Istilah nikah siri muncul setelah UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan berlaku secara efektif tanggal 1 Oktober Nikah siri pada dasarnya adalah nikah yang dilakukan tidak menurut hukum yang diatur dalam UU yaitu nikah yang tidak dilaksanakan di depan Pegawai Pencatat Nikah yang sah walaupun rukun dan syarat nikah telah terpenuhi secara agama. 8 5 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), 1. 6 Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. 7 Pasal 2 Bab II Tentang Dasar-Dasar Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam. 8 Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak Dicatat, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), 345.

4 4 Neng Djubaidah dalam bukunya Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak Dicatat menyebutkan bahwa diantara faktor masyarakat melakukan nikah siri antara lain sebagai berikut: 1. Ketatnya syarat-syarat poligami yang harus dipenuhi oleh suami, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan jo. Pasal 55 sampai dengan pasal 59 KHI. 2. Nikah siri dilakukan bukan dalam rangka poligami, tetapi dilakukan oleh orang-orang tertentu yang terikat dengan perjanjian tertentu dibidang pekerjaannya yang mengharuskan ia tidak melakukan atau menunda perkawinan dalam jangka waktu tertentu. 3. Nikah siri yang dilakukan dalam rangka kawin gantung yang dikenal dalam masyarakat Indonesia sejak dahulu kala, meskipun saat ini sudah sangat jarang terdengar. 9 Pasal 5 Kompilasi Hukum Islam menyebutkan bahwa: Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat. 2. Pencatatan perkawinan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana diatur dalam UU Nomor 32 tahun Ibid., Pasal 5 Bab II Tentang Dasar-Dasar Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam.

5 5 Pasal 5 KHI tersebut menjelaskan tentang tujuan pencatatan perkawinan adalah agar ketertiban perkawinan bagi masyarakat yang beragama Islam terjamin. Oleh karena itu, perkawinan harus dicatat. Sedangkan Pasal 6 KHI menyebutkan bahwa: Untuk memenuhi ketentuan Pasal 5, setiap perkawinan harus dilangsungkan di hadapan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah. 2. Perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai kekuatan hukum. Pasal 6 ayat (2) KHI di atas menjelaskan bahwa perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah yang sah tidak mempunyai kekuatan hukum. Dengan demikian, nikah siri tidak mempunyai kekuatan hukum karena tidak dicatatkan. Untuk memperoleh kekuatan hukum dari pernikahan yang dilakukan secara siri tersebut, Pasal 7 KHI menentukan adanya is ba>t nikah. Pasal 7 KHI menyebutkan bahwa: Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah. 2. Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Nikah, dapat diajukan is ba>t nikah ke Pengadilan Agama. 3. Isb a>t nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan: a. Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian sengketa. b. Hilangnya akta nikah. 11 Ibid., Pasal Ibid., Pasal 7.

6 6 c. Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan. d. Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-undang No.1 Tahun e. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan menurut Undang-undang No.1 Tahun Yang berhak mengajukan permohonan is ba>t nikah ialah suami atau isteri, anak-anak mereka, wali nikah dan pihak yang berkepentingan dengan perkawinan itu. Penyelesain perkara permohonan is ba>t nikah termasuk salah satu kompetensi absolut Pengadilan Agama dibidang perkawinan. Sebagaimana penjelasan Pasal 49 huruf (a) UU Peradilan Agama. Apabila dilihat dari bentuk perkara yang diajukan kepada Pengadilan, is ba>t nikah termasuk dalam kategori permohonan karena permohonan pada dasarnya merupakan perkara yang tidak mengandung sengketa yang diajukan seseorang atau lebih secara bersama kepada Pengadilan untuk minta ditetapkan sesuatu hak bagi dirinya atau tentang kedudukan hukum tertentu. Dalam is ba>t nikah ini, yang dimintakan adalah penetapan keabsahan nikah dari Pengadilan Agama. Oleh karena itu, produk pengadilan terhadap perkara permohonan seperti is ba>t nikah adalah penetapan, sebagaimana dikemukakan dalam penjelasan Pasal 60 UU No. 7 Tahun Buku II Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Agama yang diterbitkan oleh Mahkamah Agung edisi tahun 2007 menjelaskan bahwa permohonan is ba>t nikah tidak hanya bersifat voluntair yang produk peradilannya berupa penetapan, akan tetapi juga bersifat kontensius yang produk Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998),

7 7 peradilannya berupa putusan. Permohonan is ba>t nikah bersifat voluntair apabila permohonan tersebut diajukan oleh kedua suami isteri atau permohonan tersebut diajukan oleh suami atau istri yang ditinggal mati tidak mengetahui ahli waris selain dirinya. Sedangkan permohonan is ba>t nikah bersifat kontensius apabila permohonan tersebut diajukan oleh salah seorang suami isteri, anak, wali nikah dan pihak lain yang berkepentingan. 14 Dalam perkara Nomor:83/Pdt.P/2012/PA.Bkt tentang permohonan is ba>t nikah, yang mengajukan is ba>t nikah adalah suami isteri yang telah menikah pada tanggal 22 Oktober 2009 di Kabupaten Limapuluh Kota. Namun, pernikahan tersebut dilaksanakan secara di bawah tangan karena pihak keluarga suami tidak menyetujui pernikahan tersebut dengan alasan karena suami belum memiliki pekerjaan atau pengangguran. 15 Dari pernikahan tersebut, lahir seorang anak perempuan pada tanggal 7 November Namun dikarenakan pernikahan suami isteri tersebut tidak terdaftar serta tidak mempunyai buku resmi sehingga tidak terlindungi secara hukum yang berakibat akta kelahiran anak tidak dapat diurus. Dengan demikian, suami istri tersebut ingin mendapatkan bukti resmi dari pernikahan mereka yang hanya dapat diperoleh melalui penetapan pengesahan nikah dari Pengadilan Agama Buku II edisi tahun 2007 Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Agama. 15 Salinan Penetapan Nomor: 83/Pdt.P/2012/PA.Bkt, Ibid., 2.

8 8 Proses penyelesaian perkara is ba>t nikah sebagaimana yang telah dijelaskan termasuk dalam kewenangan absolut Pengadilan Agama. Sedangkan aturan hukum acara yang digunakan dalam pengadilan dalam lingkungan peradilan agama adalah hukum acara perdata yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan umum, kecuali apa yang telah diatur secara khusus dalam Undang-Undang Peradilan Agama. Sebagaimana bunyi Pasal 54 UU No. 7 Tahun 1989 jo. UU No. 3 Tahun 2006 jo. UU No. 50 Tahun 2009: Hukum Acara yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam Undang-undang ini. 17 Pembuktian di muka pengadilan adalah merupakan hal yang terpenting dalam hukum acara sebab pengadilan dalam menegakkan hukum dan keadilan tidak lain berdasarkan pembuktian. 18 Menurut Achmad Ali 19, pembuktian adalah upaya yang dilakukan oleh para pihak untuk menyelesaikan persengketaan mereka atau untuk memberi kepastian tentang peristiwa hukum tertentu dengan menggunakan alat bukti yang ditentukan hokum sehingga dapat dihasilkan suatu penetapan atau putusan pengadilan Pasal 54 Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 jo. UU No. 3 Tahun 2006 jo. UU No. 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama. 18 Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2006), Achmad Ali dan Wiwie Heryani, Asas-Asas Hukum Pembuktian Perdata, (Jakarta: Kencana, 2012), Ibid., 21.

9 9 Adapun alat bukti dalam hukum acara perdata diatur dalam Pasal 164 HIR, Pasal 284 RBG, dan Pasal 1866 KUH Perdata yaitu bukti tulisan, bukti dengan saksi, persangkaan, pengakuan dan sumpah. 21 Dalam perkara Nomor:83/Pdt.P/2012/PA.Bkt tentang permohonan is ba>t nikah ini, alat bukti yang diajukan oleh suami istri tersebut adalah alat bukti saksi yaitu ayah dan kakak ipar oleh istri. 22 Saksi ialah orang yang memberi keterangan di muka sidang tentang suatu peristiwa atau keadaan yang ia lihat, ia dengar, dan ia alami sendiri. Adapun kesaksian adalah kepastian yang diberikan kepada hakim tentang suatu peristiwa dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh orang yang bukan salah satu dari pihak yang berperkara, yang dipanggil di persidangan. 23 Saksi dapat dikatakan sebagai alat bukti yang sah apabila telah memenuhi syarat formil dan materiil. Syarat formil alat bukti saksi yaitu saksi tidak orang yang dilarang untuk menjadi saksi, memberikan keterangan di depan persidangan, mengucapkan sumpah menurut agama atau keyakinannya dan diperiksa satu persatu. 24 Adapun syarat materiil alat bukti saksi yaitu keterangan yang diberikan didukung oleh alasan dan pengetahuan, fakta peristiwa yang diterangkan 21 Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, cet. ke-4, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), Salinan Penetapan Nomor: 83/Pdt.P/2012/PA.Bkt, Aris Bintania, Hukum Acara Peradilan Agama dalam Kerangka Fiqh al-qadha, (Depok: Raja Grafindo Persada, 2012), Harahap, Hukum Acara 543.

10 10 bersumber dari pengalaman, penglihatan dan mendengar sendiri tentang hal yang benar-benar berkaitan langsung dengan perkara dan keterangan yang diberikan sesuai antara saksi yang satu dengan saksi lain atau alat bukti lain. 25 Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa syarat formil alat bukti saksi salah satunya adalah saksi tidak orang yang dilarang untuk menjadi saksi. Adapun orang yang dilarang menjadi saksi sebagaimana yang diatur dalam Pasal 145 (1) HIR yaitu saksi yang berasal keluarga sedarah dan keluarga semenda secara garis lurus, suami/istri dari pihak meskipun sudah bercerai, anak di bawah umur 15 tahun dan orang gila meskipun terkadang sembuh. 26 Akan tetapi, dalam perkara tertentu saksi yang berasal dari keluarga sedarah atau semenda dapat diterima dalam perkara: 1. Perkara-perkara mengenai kedudukan keperdataan salah satu pihak yang digariskan Pasal 145 (2) HIR atau Pasal 172 (2) RBg. 2. Dalam perkara-perkara mengenai nafkah yang harus dibayar, meliputi pembiayaan pemeliharaan, dan pendidikan yang digariskan Pasal 141 UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan jo. Pasal 24 PP No.9 Tahun Dalam perkara-perkara mengenai alasan yang dapat menyebabkan pembebasan atau pemecatan dari kekuasaan orang tua berdasar Pasal 214 KUH Perdata dan Pasal 49 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 25 Ibid., R. Soesilo, RIB/HIR dengan Penjelasannya, (Bogor: POLITEIA, 1995), 105.

11 11 4. Dalam perkara mengenai suatu persetujuan perburuhan yang digariskan Pasal 145 (2) HIR atau Pasal 172 (2) RBg. 27 Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa saksi-saksi yang telah diajukan oleh suami isteri yang mengajukan permohonan is ba>t nikah tersebut adalah saksi yang berasal dari keluarga sedarah dan keluarga semenda dari istri yaitu ayah kandung dan kakak ipar oleh isteri, maka keterangan dari saksi tersebut sah sebagai alat bukti karena permohonan is ba>t nikah merupakan permohonan kepada Pengadilan untuk minta ditetapkan sesuatu hak bagi dirinya atau tentang kedudukan hukum tertentu, sedangkan dalam Pasal 145 (2) HIR menyebutkan bahwa saksi dari keluarga sedarah atau keluarga semenda dapat diterima dalam perkara-perkara mengenai kedudukan keperdataan salah satu pihak. Majelis Hakim dalam perkara Nomor:83/Pdt.P/2012/Pa.Bkt mempertimbangkan bahwa dalam sidang pembuktian, suami istri yang mengajukan is ba>t nikah hanya dapat menghadirkan satu orang saksi yakni kakak ipar oleh istri, sedangkan ayah dari istri, keterangannya hanya dapat dipergunakan sebagai keterangan tambahan sehingga Majelis Hakim memerintahkan kepada suami istri tersebut untuk dapat menghadirkan saksi satu orang lagi yang tahu tentang pernikahan mereka. Namun, pada sidang-sidang berikutnya, suami tidak pernah hadir dan telah diperintahkan hadir pada 27 Harahap, Hukum Acara

12 12 sidang sebelumnya dan juga telah dipanggil secara resmi dan patut akan tetapi tidak pernah hadir. 28 Majelis Hakim dalam pertimbangannya juga menimbang bahwa karena Pemohon I (Suami) pada sidang- sidang berikutnya untuk tambahan bukti satu orang lagi tidak pernah hadir, dan telah diperintahkan hadir, dan juga telah di panggil secara resmi dan patut, oleh karena itu Majelis Hakim menilai bahwa suami tidak serius dalam berperkara, oleh karena itu permohonan suami istri tersebut tidak dapat dikabulkan dan Majelis Hakim menolak permohonan is ba>t nikah mereka. 29 Dari latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk membahas tentang penetapan Pengadilan Agama Bukittinggi Nomor:83/Pdt.P/2012/PA.Bkt. tentang permohonan is ba>t nikah dengan judul Analisis Hukum Acara Peradilan Agama terhadap Penolakan Perkara Is ba>t Nikah dalam Penetapan Pengadilan Agama Bukittinggi Nomor: 83/Pdt.P/2012/PA.Bkt untuk mengkaji dan meneliti lebih dalam mengenai bagaimana beracara pada Pengadilan Agama terutama mengenai pembuktian baik dari segi teori pembuktian dan pembuktian dengan alat bukti saksi dalam perkara is ba>t nikah tersebut. B. Identifikasi dan Batasan Masalah 28 Salinan Penetapan Nomor: 83/Pdt.P/2012/PA.Bkt, Ibid.

13 13 1. Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: a. Is ba>t nikah menurut hukum Islam dan Peraturan Perundang- Undangan. b. Tata cara pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Islam dan UU. c. Deskripsi penetapan Pengadilan Agama Bukittinggi dalam permohonan is ba>t nikah Nomor:83/Pdt.P/2012/PA.Bkt. d. Analisis hukum acara Peradilan Agama terhadap penolakan permohonan is ba>t nikah pada penetapan Pengadilan Agama Bukittinggi Nomor:83/Pdt.P/2012/PA.Bkt. 2. Batasan Masalah Melihat luasnya pembahasan dalam identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah dalam pembahasan sebagai berikut: a. Deskripsi penetapan Pengadilan Agama Bukittinggi dalam permohonan is ba>t nikah Nomor:83/Pdt.P/2012/PA.Bkt. b. Analisis hukum acara Peradilan Agama terhadap penolakan permohonan is ba>t nikah pada penetapan Pengadilan Agama Bukittinggi Nomor:83/Pdt.P/2012/PA.Bkt. C. Rumusan Masalah

14 14 Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana deskripsi penetapan Pengadilan Agama Bukittinggi dalam permohonan is ba>t nikah Nomor: 83/Pdt.P/2012/PA.Bkt? 2. Bagaimana analisis hukum acara Peradilan Agama terhadap penolakan permohonan is ba>t nikah pada penetapan Pengadilan Agama Bukittinggi Nomor: 83/Pdt.P/2012/PA.Bkt? D. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang dilakukan tidak merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada. 30 Topik utama yang dijadikan objek penelitian oleh penulis dalam karya tulis ilmiah ini adalah penolakan permohonan is ba>t nikah. Skripsi ini bukanlah karya tulis pertama yang membahas tentang penolakan is ba>t nikah. Hal ini terbukti dengan setidaknya terdapat dua penulis skripsi yang membahas tentang penolakan is ba>t nikah dari berbagai segi: 1. Siti Fatimah, dalam skripsinya membahas tentang status anak dari perkawinan akibat penolakan is ba>t nikah menurut UU No. 1 Tahun 1974 (studi kasus 30 Fakultas Syari ah IAIN Sunan Ampel, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, 9.

15 15 Pengadilan Agama Malang). Skripsi ini menjelaskan bahwa anak sah adalah anak yang lahir dalam perkawinan yang sah, tetapi Pemohon dalam perkawinan tidak dengan wali nasabnya sehingga hakim menolak atau tidak menerima is ba>t nikah tersebut karena bertentangan dengan ketentuan dan memerintahkan untuk mengulang akad nikah baru dan anak bisa diangkat dengan mengadopsinya Yusri Asra, dalam skripsinya yang membahas tentang faktor-faktor yang menjadi alasan bagi hakim dalam menolak permohonan is bat nikah di Pengadilan Agama Bukittinggi, diantaranya yaitu karena perkawinan dilakukan dalam masa iddah, wali yang menikahkan bukan wali yang berhak dan menikahi perempuan yang masih terikat perkawinan dengan laki-laki lain. 32 Adapun fokus pembahasan pada skripsi ini berbeda dari kedua skripsi di atas, meski ada kesamaan tentang perkara penolakan is ba>t nikah, namun fokus pembahasan penulis berkaitan dengan hukum acara dalam perkara is ba>t nikah, sedangkan dalam skripsi di atas membahas hukum materilnya. E. Tujuan Penelitian 31 Siti Fatimah, Status Anak dari Perkawinan Akibat Penolakan Is ba>t Nikah Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974 (Studi Kasus Pengadilan Agama Malang), (Skripsi, pada Jurusan Ahwal al-syakhsiyah, Fakultas Syariah, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2005). 32 Yusri Asra, Studi Analisis Penolakan Is ba>t Nikah di Pengadilan Agama (Skripsi pada Jurusan Ahwal al-syakhsiyah, Fakultas Syariah, STAIN Syeh Jamil Jambek Bukittinggi, 2012).

16 16 Tujuan penelitian ini dibuat adalah untuk menjawab pertanyaan sebagaimana rumusan masalah di atas sehingga nantinya dapat diketahui secara jelas dan terperinci tujuan diadakannya penelitian ini. Adapun tujuan tersebut adalah: 1. Untuk mengetahui deskripsi penetapan Pengadilan Agama Bukittinggi dalam permohonan is ba>t nikah Nomor: 83/Pdt.P/2012/PA.Bkt. 2. Untuk mengetahui analisis hukum acara Peradilan Agama terhadap penolakan permohonan is ba>t nikah pada penetapan Pengadilan Agama Bukittinggi Nomor: 83/Pdt.P/2012/PA.Bkt. F. Kegunanaan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dari dua aspek, yaitu: 1. Aspek teoritis, sebagai kajian ilmiah hukum acara Peradilan Agama khususnya bagi mahasiswa Fakultas Syariah dan umumnya bagi seluruh civitas akademika yang tertarik untuk menelaah dan mengkaji lebih jauh mengenai hukum acara Peradilan Agama terutama tentang beracara dalam perkara permohonan is ba>t nikah. 2. Aspek praktis, sebagai bahan pertimbangan bagi praktisi hukum dalam mencari jawaban tentang perkara is ba>t nikah yang dilihat dari segi hukum acara Peradilan Agama.

17 17 G. Definisi Operasional Untuk mempermudah dan menghindari terjadinya perbedaan interpretasi dalam memahami pokok bahasan skripsi ini, maka penulis memandang perlu menguraikan secara terperinci maksud dari judul Analisis Hukum Acara Peradilan Agama terhadap Penolakan Permohonan Is ba>t Nikah dalam Penetapan Pengadilan Agama Bukittinggi Nomor: 83/Pdt.P/2012/PA.Bkt. 1. Analisis: Penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, sebab-sebabnya dan bagaimana duduk perkaranya Hukum Acara Peradilan Agama: Aturan-aturan yang mengatur tata cara berperkara di muka Pengadilan Agama. 3. Is ba>t nikah: Penetapan tentang keabsahan nikah melalui penetapan Pengadilan Agama. Jadi yang dimaksud dengan Analisis Hukum Acara Peradilan Agama terhadap Penolakan Permohonan Is ba>t Nikah dalam Penetapan Pengadilan Agama Bukittinggi Nomor: 83/Pdt.P/2012/PA.Bkt) adalah menganalisa penetapan Majelis Hakim Pengadilan Agama Bukittinggi yang menolak perkara permohonan is ba>t nikah yang ditinjau dari hukum acara Peradilan Agama. H. Metode Penelitian 33 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 60.

18 18 Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka pendekatan yang sangat relevan digunakan dalam penelitian ini adalah Qualitative Research. 1. Data yang Dikumpulkan a. Data primer 1) Data tentang penetapan is ba>t nikah Pengadilan Agama Bukittinggi dalam perkara Nomor: 83/Pdt.P/2012/PA.Bkt. 2) Hasil wawancara dengan hakim Pengdilan Agama Bukittinggi yang menangani perkara Nomor: 83/Pdt.P/2012/PA.Bkt. b. Data sekunder, berupa data yang diperoleh dari buku dan UU berkaitan dengan permohonan is ba>t nikah di Pengadilan Agama Bukittinggi. 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini terdiri dari: a. Sumber Primer 1) Salinan penetapan perkara permohonan is ba>t nikah Nomor:83/Pdt.P/2012/PA.Bkt. 2) Hakim Pengadilan Agama Bukittinggi. b. Sumber Sekunder 1) Hukum Acara Perdata Indonesia, karya Sudikno Mertokusumo.

19 19 2) Inpres No. 1 tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam. 3) UU No. 7 Tahun 1989 jo. UU No. 3 Tahun 2006 jo. UU No. 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama. 4) Hakim Pengadilan Agama Kediri dan Lampung. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Dokumentasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dengan mempergunakan content analysis. 34 Adapun studi dokumenter yang penulis lakukan dengan mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku sekunder dan UU yang mengenai ketetapan permohonan is ba>t nikah Nomor: 83/Pdt.P/2012/PA.Bkt yang kemudian penulis dapat mempelajari, menelaah dan menganalisa datadata tersebut. b. Wawancara (Interview), adalah suatu bentuk komunikasi atau percakapan antara dua orang atau lebih guna memperoleh informasi, yakni dengan cara bertanya langsung kepada subjek atau informan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan guna mencapai tujuannya dan memperoleh data yang akan dijadikan sebagai bahan laporan penelitian. 35 Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan hakim Pengadilan Agama Bukittinggi yang menangani perkara permohonan is ba>t nikah 34 Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),113.

20 20 Nomor:83/Pdt.P/2012/PA.Bkt serta hakim Pengadilan Agama lain yang melengkapinya. 4. Teknik Pengolahan Data Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka teknik pengolahan data yang penulis lakukan yaitu: a. Editing, yaitu kegiatan memeriksa atau meneliti data yang telah diperoleh untuk menjamin apakah data tersebut dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau tidak. 36 Setelah data terkumpul, maka kegiatan selanjutnya adalah memeriksa kembali mengenai kelengkapan dan kejelasan data tentang permohonan is ba>t nikah pada penetapan Pengadilan Agama Bukittinggi Nomor:83/Pdt.P/2012/PA.Bkt. b. Organizing, yaitu kegiatan mengatur dan menyusun bagian-bagian sehingga seluruhnya menjadi satu kesatuan yang teratur. 37 Kegiatan ini dilakukan untuk menyusun data dengan sistematis untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang permohonan is ba>t nikah pada penetapan Pengadilan Agama Bukittinggi Nomor:83/Pdt.P/2012/PA.Bkt. 5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah teknik deduktif verifikatif, yaitu usaha untuk menggunakan teori 36 M. Burhan Bungin, Metodolodi Penelitian Sosial, (Format-format Kuantitatif dan Kualitatif), (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), ), Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa,

21 21 sebagai pijakan awal dalam penelitian dan kemudian data yang dihasilkan akan diuji kebenarannya dengan teori-teori tersebut. 38 Data yang akan diteliti adalah penetapan Pengadilan Agama Bukittinggi tentang penolakan is ba>t nikah yang akan ditelaah menurut perspektif hukum acara Peradilan Agama. I. Sistematika Pembahasan Pembahasan dalam skripsi ini nantinya terdiri dari lima bab yang masingmasing mengandung sub-sub, yang mana sub-sub tersebut erat hubungannya antara satu dengan yang lain. Dari kesatuan subbab-subbab tersebut tersusun integralitas pengertian dari skripsi. Bab pertama diawali dengan pendahuluan yang merupakan desain penelitian. Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan diakhiri dengan sistematika pembahasan. Bab kedua memuat kerangka konsepsional yang digunakan sebagai pisau analisis terhadap hasil penelitian. Bab ini merupakan landasan teoritis yang menjelaskan tentang hukum acara Peradilan Agama tentang pembuktian terutama pembuktian dengan alat bukti saksi yang meliputi pengertian dan landasan hukum 38 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2007), 27.

22 22 pembuktian, teori-teori pembuktian, macam-macam alat bukti dan tatacara dan persyaratan pembuktian dengan alat bukti saksi. Bab ketiga menjelaskan tentang deskripsi penetapan Pengadilan Agama Bukittinggi yang terdiri dari Pengadilan Agama Bukittingi dan deskripsi penetapan Pengadilan Agama Bukittinggi Nomor: 83/Pdt.P/2012/PA. Bkt. Bab keempat memuat tentang analisis dari bab-bab sebelumnya yakni analisis hukum acara peradilan agama terhadap pertimbangan Majelis Hakim tentang kesaksian ayah kandung dan analisis hukum acara peradilan agama terhadap penetapan Majelis Hakim menolak permohonan is ba>t nikah pada penetapan Pengadilan Agama Bukittinggi Nomor: 83/Pdt.P/2012/PA.Bkt. Bab kelima berisi penutup yang memuat tentang kesimpulan dan saran.

BAB IV. ANALISIS HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BUKITTINGGI NOMOR:83/Pdt.P/2012/PA.Bkt

BAB IV. ANALISIS HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BUKITTINGGI NOMOR:83/Pdt.P/2012/PA.Bkt BAB IV ANALISIS HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BUKITTINGGI NOMOR:83/Pdt.P/2012/PA.Bkt A. Analisis Hukum Acara Peradilan Agama terhadap Pertimbangan Majelis Hakim tentang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI PERKARA PUTUSAN NOMOR 1708/pdt.G/2014/PA.bjn. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri M dalam Putusan Nomor:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SIDOARJO TENTANG PERMOHONAN IZIN POLIGAMI (PEMBUKTIAN KEKURANGMAMPUAN ISTERI MELAYANI SUAMI) A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm

P U T U S A N Nomor : XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm P U T U S A N Nomor : XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor XXX/Pdt.G/2013/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor XXX/Pdt.G/2013/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor XXX/Pdt.G/2013/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara pada tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mensyariatkan perkawinan sebagai realisasi kemaslahatan primer, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mensyariatkan perkawinan sebagai realisasi kemaslahatan primer, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Islam yang diturunkan oleh Allah SWT. sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam, yang mengatur segala sendi kehidupan manusia di alam semesta ini, diantara aturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan makhluk hidup berpasang-pasangan seperti laki-laki dan perempuan, tapi manusia tidak samadengan makhluk lain nya, yang selalu bebas

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk

P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai salah satu asas hidup yang utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna bahkan Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang memeriksa dan mengadili perkara pada tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan segala sesuatunya di dunia ini dengan berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah diciptakan-nya

Lebih terperinci

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6 BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan, manusia tidak dapat hidup dengan mengandalkan dirinya sendiri. Setiap orang membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupannya dalam semua hal, termasuk dalam pengembangbiakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunnatullah, bahwa kehidupan di muka bumi ini diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunnatullah, bahwa kehidupan di muka bumi ini diciptakan 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi sunnatullah, bahwa kehidupan di muka bumi ini diciptakan berpasang-pasangan, seperti halnya Allah SWT menciptakan laki-laki dan perempuan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan 67 BAB IV ANALISIS A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan Verstek pada Perkara Nomor: 1884/Pdt.G/VERZET/2012/PA.Kab.Mlg Terhadap formulasi putusan penulis mengacu pada

Lebih terperinci

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TIDAK DITETAPKANNYA NAFKAH IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI ATAS PUTUSAN NOMOR 2542/PDT.G/2015/PA.LMG) A. Pertimbangan Hukum Hakim yang Tidak Menetapkan Nafkah

Lebih terperinci

ب س م الل ه ال رح م ن ال رح ي م

ب س م الل ه ال رح م ن ال رح ي م P E N E T A P A N NOMOR XXXX/Pdt.P/2017/PA.Ktbm ب س م الل ه ال رح م ن ال رح ي م DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara tertentu

Lebih terperinci

ب س م ال رح م ن ال رح ی م

ب س م ال رح م ن ال رح ی م PENETAPAN Nomor XXXX/Pdt.P/2017/PA.Ktbm ب س م ال رح م ن ال رح ی م DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang bersidang di Kecamatan TNJG RJ yang memeriksa dan mengadili

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg)

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg) BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg) A. Analisis Terhadap Deskripsi Dissenting Opinion Dalam Putusan Perkara

Lebih terperinci

BAB IV. Agama Bojonegoro yang menangani Perceraian Karena Pendengaran. Suami Terganggu, harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang

BAB IV. Agama Bojonegoro yang menangani Perceraian Karena Pendengaran. Suami Terganggu, harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA BOJONEGORO NOMOR. 2865/Pdt.G/2013/PA.Bjn. TENTANG CERAI GUGAT KARENA PENDENGARAN SUAMI TERGANGGU A. Analisis Terhadap Dasar Hukum Hakim Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang berbeda yaitu laki-laki dan perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa Allah Swt. menciptakan manusia agar

Lebih terperinci

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Pertanyaan Dari: Ny. Fiametta di Bengkulu (disidangkan pada Jum at 25 Zulhijjah 1428 H / 4 Januari 2008 M dan 9 Muharram 1429 H /

Lebih terperinci

P E N E T A P A N. Nomor : XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor : XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P E N E T A P A N Nomor : XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara - perkara tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama harus dikukuhkan oleh Peradilan Umum. Ketentuan ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. Agama harus dikukuhkan oleh Peradilan Umum. Ketentuan ini membuat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum diberlakukan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam pasal 63 ayat (2) UU Nomor 1 Tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG CERAI TALAK

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG CERAI TALAK 20 BAB II LANDASAN TEORI TENTANG CERAI TALAK A. Landasan Teori Tentang Perceraian 1. Pengertian Perceraian Perkawinan merupakan suatu sunnah Rasul SAW, yang bertujuan untuk membentuk keluarga sakinah mawaddah

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH TUMBUK DESA DI DESA CENDIREJO KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH TUMBUK DESA DI DESA CENDIREJO KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH TUMBUK DESA DI DESA CENDIREJO KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR A. Analisis terhadap penyebab larangan nikah Tumbuk Desa di desa Candirejo Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu hal yang tidak dapat dihindari adalah setiap orang tentu akan meninggal, baik ia seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di bidang Hukum Kewarisan, bahwa seorang cucu dapat menjadi ahli waris menggantikan ayahnya

Lebih terperinci

SALINAN PENETAPAN Nomor : XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm

SALINAN PENETAPAN Nomor : XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm SALINAN PENETAPAN Nomor : XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg.

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg. BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg. A. Analisis Hukum Terhadap Deskripsi Putusan Nomor: 455/Pdt.G/2013/PA.Spg Mengenai Perceraian Akibat Suami

Lebih terperinci

TENTANG DUDUK PERKARANYA

TENTANG DUDUK PERKARANYA P U T U S A N Nomor : 109/Pdt.G/2012/PA.Ntn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Natuna yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 002/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 002/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 002/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Muara Tebo yang memeriksa dan mengadili perkara perdata tertentu pada

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR: SYARIAH - MUNAKAHAT KOMPETENSI DASAR: Menganalisis ajaran Islam tentang perkawinan Menganalisis unsur-unsur yang berkaitan dengan ajaran perkawinan dalam agama Islam INDIKATOR: Mendeskripsikan ajaran Islam

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : xxxx/pdt.g/2011/ms-aceh

P U T U S A N. Nomor : xxxx/pdt.g/2011/ms-aceh P U T U S A N. Nomor : xxxx/pdt.g/2011/ms-aceh BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Syar iyah Aceh yang mengadili perkara Cerai Talak pada tingkat banding

Lebih terperinci

PENETAPAN. Nomor XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN. Nomor XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENETAPAN Nomor XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam surat ar-rum ayat 21 sebagai berikut: Artinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam surat ar-rum ayat 21 sebagai berikut: Artinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu aktifitas manusia yang telah menjadi takdir Allah. Hal ini sebagaimana telah dijelaskan dalam sebuah firman Allah dalam surat ar-rum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan sesuai dengan ketentuan agama dan peraturan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan sesuai dengan ketentuan agama dan peraturan perundang-undangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Awal dari kehidupan berkeluarga adalah dengan adanya melaksanakan perkawinan sesuai dengan ketentuan agama dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu keluarga melalui sebuah pernikahan, dari sebuah pernikahan inilah

BAB I PENDAHULUAN. suatu keluarga melalui sebuah pernikahan, dari sebuah pernikahan inilah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan hal penting yang tidak dapat dilepaskan dari sisi kehidupan manusia di dunia. Satu sama lain manusia di dunia bisa membentuk suatu keluarga

Lebih terperinci

ب س م الله ال رح م ن ال رح ی م

ب س م الله ال رح م ن ال رح ی م PENETAPAN NomorXXXX/Pdt.P/2016/PA.Ktbm ب س م الله ال رح م ن ال رح ی م DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang bersidang di Kecamatan ABSKR yang memeriksa dan mengadili

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH A. Isbat Nikah 1. Pengertian Isbat Nikah Kata isbat berarti penetapan, penyungguhan, penentuan. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

Lebih terperinci

ب س م الله ال رح م ن ال رح یم

ب س م الله ال رح م ن ال رح یم P U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2016/PA.Ktbm ب س م الله ال رح م ن ال رح یم DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat

Lebih terperinci

PENETAPAN NOMOR XXXX/Pdt.P/2016/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN NOMOR XXXX/Pdt.P/2016/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENETAPAN NOMOR XXXX/Pdt.P/2016/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara tertentu pada tingkat pertama telah menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 042/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 042/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 042/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Muara Tebo yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN PEMERIKSAAN TERSANGKA PENGIDAP GANGGUAN JIWA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN PEMERIKSAAN TERSANGKA PENGIDAP GANGGUAN JIWA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM BAB IV ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN PEMERIKSAAN TERSANGKA PENGIDAP GANGGUAN JIWA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM A. Persamaan dalam Pertanggung Jawaban Tersangka yang Diduga Mengidap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kasus yang terbanyak di Pengadilan tersebut.hal ini berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kasus yang terbanyak di Pengadilan tersebut.hal ini berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Perceraian yang terjadi di Pengadilan Agama Tulungagung merupakan salah satu kasus yang terbanyak di Pengadilan tersebut.hal ini berdasarkan informasi yang peneliti

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 049/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 049/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 049/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Muara Tebo yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006 BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006 A. Analisis Hukum Terhadap Landasan Penetapan Harta Bersama Dalam Permohonan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia melainkan seluruh makhluk ciptaan-nya

Lebih terperinci

ب س م الله ال رح م ن ال رح یم

ب س م الله ال رح م ن ال رح یم P E N E T A P A N NOMOR XXXX/Pdt.P/2017/PA.Ktbm ب س م الله ال رح م ن ال رح یم DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor 140/Pdt.G/2013/PA.Blu BISMILLAHIR ROHMANIR ROHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 140/Pdt.G/2013/PA.Blu BISMILLAHIR ROHMANIR ROHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 140/Pdt.G/2013/PA.Blu BISMILLAHIR ROHMANIR ROHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Blambangan Umpu, yang memeriksa dan mengadili pada tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM A. Persetujuan Majelis Hakim Dalam Memberikan Ijin Poligami Pada Putusan No. 1821/Pdt.G/2013/Pa.SDA Seorang suami dapat melakukan poligami

Lebih terperinci

BAB III DATA PENELITIAN TENTANG PUTUSAN PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA NOMOR 340/PDT.G/2010. A. Keberadaan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya

BAB III DATA PENELITIAN TENTANG PUTUSAN PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA NOMOR 340/PDT.G/2010. A. Keberadaan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya BAB III DATA PENELITIAN TENTANG PUTUSAN PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA NOMOR 340/PDT.G/2010 A. Keberadaan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksana kehakiman bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradilan Agama adalah salah satu dari peradilan Negara Indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, berwenang dalam jenis perkara perdata Islam tertentu,

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2016/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2016/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2016/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama telah menjatuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencatatan perkawinan sangat penting dalam kehidupan berumah tangga, terutama bagi kaum perempuan. Hal ini merupakan upaya pemerintah untuk melindungi hak-hak

Lebih terperinci

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENGAKUAN SEBAGAI UPAYA PEMBUKTIAN DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NO. 0758/PDT.G/2013 TENTANG PERKARA CERAI TALAK A. Analisis Yuridis Terhadap Pengakuan Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan seseorang terdakwa apabila mendapatkan tuduhan dari seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan seseorang terdakwa apabila mendapatkan tuduhan dari seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam telah mengatur masalah peradilan, bagaimana kedudukan seseorang yang mengadukan sebuah perkara kepada pihak peradilan dan bagaimana kedudukan seseorang terdakwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk individu, manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

P E N E T A P A N. Nomor XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P E N E T A P A N Nomor XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 044/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 044/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 044/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Muara Tebo yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laki-laki dan perempuan, yaitu melalui ikatan perkawinan. 1 Hal ini sesuai. dengan firman Allah dalam surat Al-Ruum ayat 21:

BAB I PENDAHULUAN. laki-laki dan perempuan, yaitu melalui ikatan perkawinan. 1 Hal ini sesuai. dengan firman Allah dalam surat Al-Ruum ayat 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan fitrahnya manusia tidak dapat hidup sendiri. Dalam arti luas, manusia memiliki sifat ketergantungan yang saling membutuhkan, demikian halnya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu hal yang terpenting di dalam realita kehidupan umat manusia. Perkawinan dikatakan sah apabila dilaksanakan menurut hukum masingmasing agama

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor: XXX/Pdt.P/2012/PA.GM

P E N E T A P A N Nomor: XXX/Pdt.P/2012/PA.GM P E N E T A P A N Nomor: XXX/Pdt.P/2012/PA.GM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Giri Menang yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu dalam tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara alamiah mempunyai daya tarik antara satu dengan yang lainnya untuk membina suatu hubungan. Sebagai realisasi manusia dalam membina hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sahnya perkawinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. sahnya perkawinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isbat nikah merupakan proses penetapan pernikahan dua orang suami isteri, tujuan dari isbat nikah adalah untuk mendapatkan akta nikah sebagai bukti sahnya perkawinan

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor /Pdt.P/2015/PA.Sgr.

PENETAPAN Nomor /Pdt.P/2015/PA.Sgr. PENETAPAN Nomor /Pdt.P/2015/PA.Sgr. ب سم هللا ال رحمن ال رح يم DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Singaraja yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK 64 BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK A. Analisis Dasar dan Pertimbangan Hukum yang Digunakan

Lebih terperinci

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, Pendahuluan Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam masyarakat. Di dalam agama islam sendiri perkawinan merupakan sunnah Nabi Muhammad Saw, dimana bagi setiap umatnya dituntut untuk mengikutinya.

Lebih terperinci

PENETAPAN NOMOR XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN NOMOR XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENETAPAN NOMOR XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama telah menjatuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia diatas permukaan bumi ini pada umumnya selalu menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi miliknya. Sesuatu kebahagiaan itu

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor 49/Pdt.P/2015/PA.Lt DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor 49/Pdt.P/2015/PA.Lt DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA É«1 PENETAPAN Nomor 49/PdtP/2015/PALt DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Lahat yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu pada tingkat pertama, dalam persidangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun 1989 yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan kehakiman, peradilan agama

Lebih terperinci

------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu. pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan atas perkara Cerai Talak

------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu. pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan atas perkara Cerai Talak ------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan atas perkara Cerai Talak yang diajukan oleh pihak :-------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ini. Salah satu jalan dalam mengarungi kehidupan adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ini. Salah satu jalan dalam mengarungi kehidupan adalah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak bisa hidup sendiri, yang membutuhkan orang lain dalam mengarungi bahtera kehidupan ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengadilan Agama sebagai Badan Pelaksana Kekuasaan Kehakiman. memiliki tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta

BAB I PENDAHULUAN. Pengadilan Agama sebagai Badan Pelaksana Kekuasaan Kehakiman. memiliki tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengadilan Agama sebagai Badan Pelaksana Kekuasaan Kehakiman memiliki tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan

Lebih terperinci

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Nasab Anak Hasil Hubungan Seksual Sedarah Dalam Perspektif Hukum Islam Pada bab dua telah banyak

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KASUS KAWIN HAMIL DI LUAR NIKAH DI DESA MANGKUJAYAN MENURUT KHI

PENYELESAIAN KASUS KAWIN HAMIL DI LUAR NIKAH DI DESA MANGKUJAYAN MENURUT KHI PENYELESAIAN KASUS KAWIN HAMIL DI LUAR NIKAH DI DESA MANGKUJAYAN MENURUT KHI SKRIPSI Oleh: TRI HARNI NIM. 241 042 034 Pembimbing I Drs. H. A. RODLI MAKMUN, M. Ag. Pembimbing II AJAT SUDRAJAT, M.Ag. Program

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. Alamat : Jl. AES Nasution Gang Samudin Rt 11 Rw 02

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. Alamat : Jl. AES Nasution Gang Samudin Rt 11 Rw 02 BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Penyajian data 1. Identitas responden dan uraian kasus 1 Nama : Ry Alamat : Jl. AES Nasution Gang Samudin Rt 11 Rw 02 Umur Pendidikan Pekerjaan : 59 Tahun : SMP :

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 028/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 028/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 028/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Muara Tebo yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor: 39/Pdt.G/2011/PA.MTo. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 39/Pdt.G/2011/PA.MTo. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor: 39/Pdt.G/2011/PA.MTo. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Muara Tebo yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg

BAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg BAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg A. Deskripsi Perkara Kasus yang diteliti penulis kali ini merupakan perkara cerai gugat yang di dalamnya disertai gugatan hak

Lebih terperinci

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI YANG HARAM UNTUK DINIKAHI حفظه هللا Ustadz Kholid Syamhudi, Lc Publication : 1437 H_2016 M RINGHASAN FIKIH ISLAM: Yang Haram Untuk Dinikahi حفظه هللا Oleh : Ustadz Kholid Syamhudi Disalin dari web Beliau

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor /Pdt.P/2015/PA.Sgr. DUDUK PERKARA

PENETAPAN Nomor /Pdt.P/2015/PA.Sgr. DUDUK PERKARA PENETAPAN Nomor /Pdt.P/2015/PA.Sgr. ب سم هللا ال رحمن ال رح يم DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Singaraja yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada hakikatnya ketika dilahirkan telah melekat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada hakikatnya ketika dilahirkan telah melekat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakikatnya ketika dilahirkan telah melekat padanya suatu hak. Hak yang bersifat mendasar dan fundamental. Dengan adanya hak tersebut maka manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehariannya. Dalam al-qur an dan al-hadist telah menjelaskan bahwa Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehariannya. Dalam al-qur an dan al-hadist telah menjelaskan bahwa Allah SWT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Kehidupan manusia di bumi ini tidak lepas dari orang lain, setiap orang saling membutuhkan satu sama lain, setiap orang saling

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor /Pdt.P/2015/PA.Sgr. DUDUK PERKARA

PENETAPAN Nomor /Pdt.P/2015/PA.Sgr. DUDUK PERKARA PENETAPAN Nomor /Pdt.P/2015/PA.Sgr. ب سم هللا ال رحمن ال رح يم DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Singaraja yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor 0028/Pdt.P/2014/PA.Lt BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor 0028/Pdt.P/2014/PA.Lt BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENETAPAN Nomor 0028/PdtP/2014/PALt BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Lahat yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di 79 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TIDAK DITERAPKANNYA KEWENANGAN EX OFFICIO HAKIM TENTANG NAFKAH SELAMA IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI PUTUSAN NOMOR:1110/Pdt.G/2013/PA.Mlg) Putusan di atas merupakan

Lebih terperinci

PENETAPAN /Pdt.P/2014/PA.Ppg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN /Pdt.P/2014/PA.Ppg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA NOMOR : PENETAPAN /Pdt.P/2014/PA.Ppg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasir Pengaraian yang mengadili perkara Dispensasi Kawin pada tingkat pertama,

Lebih terperinci

PENETAPAN. Nomor XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm

PENETAPAN. Nomor XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm PENETAPAN Nomor XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama dalam persidangan

Lebih terperinci

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P E N E T A P A N Nomor /Pdt.P/2015/PA Sgr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Singaraja yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama dalam sidang

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 239/Pdt.G/2012/PA.Pkc

P U T U S A N Nomor 239/Pdt.G/2012/PA.Pkc P U T U S A N Nomor 239/Pdt.G/2012/PA.Pkc BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor /Pdt.P/2015/PA Sgr.

P E N E T A P A N Nomor /Pdt.P/2015/PA Sgr. P E N E T A P A N Nomor /Pdt.P/2015/PA Sgr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Singaraja yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama dalam sidang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 0051/Pdt.P/PA.Gs/2010 TENTANG WALI ADLAL KARENA PERCERAIAN KEDUA ORANG TUA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 0051/Pdt.P/PA.Gs/2010 TENTANG WALI ADLAL KARENA PERCERAIAN KEDUA ORANG TUA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO 0051/Pdt.P/PA.Gs/2010 TENTANG WALI ADLAL KARENA PERCERAIAN KEDUA ORANG TUA A. Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Menetapkan Perkara Wali Adlal Dalam hukum Islam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perceraian. Selanjutnya persoalan yang terjadi di Indonesia telah diatur bahwa

BAB I PENDAHULUAN. perceraian. Selanjutnya persoalan yang terjadi di Indonesia telah diatur bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mengajarkan betapa pentingnya arti suatu keluarga yang diawali dengan perkawinan. Perkawinan merupakan pondasi awal membentuk suatu keluarga yang harmonis

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 259/Pdt.G/2013/PA.Pkc.

PUTUSAN Nomor : 259/Pdt.G/2013/PA.Pkc. PUTUSAN Nomor : 259/Pdt.G/2013/PA.Pkc. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama, dalam persidangan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 24/Pdt.G/2011/PA.Ktb. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 24/Pdt.G/2011/PA.Ktb. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 24/Pdt.G/2011/PA.Ktb. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 0560/Pdt.G/2012/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 0560/Pdt.G/2012/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 0560/Pdt.G/2012/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Bengkulu yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci